(Pendekatan kapitalisme Global)
A.Pendahuluan
1. Pengertian Globalisasi
Menurut kamus besar bahasa indonesia, Global dapat diartikan secara umum sebagai peristiwa atau kejadian yang mengalami perubahan secara umum dan menyeluruh terhadap semua aspek kehidupan hingga meluas ke seluruh dunia (mendunia). stilah globalisasi telah menjadi konsep yang sering digunakan untuk menggambarkan fenomena dunia kontemporer.Globalisasi adalah produk dari perubahan derajat ekonomi dan politik , teknologi dan Kapitalisme membentuk ke dalam multi-faceted imperialisme baru (Silverstone 1999: 107). Pada mulanya, arus globalisasi ini terjadi pada awal abad ke 21 yang lahir di Amerika Serikat. Globalisasi itu sendiri membawa masyarakat dunia untuk berubah ke kehidupan masa kini. Baik ekonomi, sosial, politik dan budaya sekalipun akan berubah dengan berkembangnya teknologi yang semakin canggih di pasaran. Menurut Sklair (1999) ada 4 poin yang utama dari pengaruh globalisasi ini, meliputi: Pendekatan Masyarakat Global yaitu meningkatkan kesadaran masyarakat untuk eksis dalam kehidupan sehari-hari secara menyeluruh, Pendekatan Budaya Global yaitu Kecenderungan budaya dimana orang-orang yang berbeda budaya mempunyai homogenitas, Pendekatan yang menyeluruh yaitu menjelaskan globalisasi dominan dari kapitalisme, Pendekatan Kapitalisme Global yaitu perdebatan secara menyeluruh dari kapitalisme untuk proses globalisasi.
Dengan adanya arus globalisasi yang kuat, peran media massa telah mempengaruhi budaya lokal menjadi budaya global yang didominasi oleh kapitalisme.
2. Pengertian Kapitalisme
Menurut Ayn Rand (1970), kapitalisme adalah "a social system based on the recognition of individual rights, including property rights, in which all property is privately owned". (Suatu sistem sosial yang berbasiskan pada pengakuan atas hak-hak individu, termasuk hak milik di mana semua pemilikan adalah milik privat).
Heilbroner (1991) secara dinamis menyebut kapitalisme sebagai formasi sosial yang memiliki hakekat tertentu dan logika yang historis-unik. Logika formasi sosial yang dimaksud mengacu pada gerakan-gerakan dan perubahan-perubahan dalam proses-proses kehidupan dan konfigurasi-konfigurasi kelembagaan dari suatu masyarakat. Istilah "formasi sosial" yang diperkenalkan oleh Karl Marx ini juga dipakai oleh Jurgen Habermas. Dalam Legitimation Crisis (1988), Habermas menyebut kapitalisme sebagai salah satu empat formasi sosial (primitif, tradisional, kapitalisme, post-kapitalisme).
3. Pendekatan-pendekatan Global
Dewasa ini perekonomian global tidak lagi semata-mata didasarkan pada pertanian atau industri saja, melainkan semakin didominasi oleh kegiatan perekonomian tanpa bobot (wightless economy) dan perekonomian tidak dapat diraba (intangible economy). Perekonomian tanpa bobot (wightless economy) adalah perekonomian yang produknya berupa informasi, seperti perangkat lunak komputer, produk media, hiburan dan jasa berbasis internet, dan sebagainya. Masyarakat yang diwarnai dengan perekonomian tanpa bobot ini sering disebut dengan masyarakat post industri atau masyarakt informasi, atau dengan sebutan lain, yakni perekonomian berbasis pengetahuan (knolkedge economy). Ada beberapa cara untuk mengkategorikan mengenai studi tentang globalisasi. Salah satu pendekatan yang paling umum digunakan adalah membandingkan penjelasan antara penyebab tunggal dengan banyak penyebab dari sebuah fenomena. Pendekatan dalam bentuk yang lain adalah dengan jalan membandingkan fokus dari kajian-kajian mengenai globalisasi, dengan menggunakan beberapa pendekatan antara lain, sebagai berikut:a. Pendekatan sistem dunia (the world system opproach)Pendekatan ini didasarkan pada perbedaan antara peran inti negara bangsa, semi peripheral dan peripheral dalam pengertian perubahan-perubahan peran mereka dalam pembagian tenaga kerja internasional yang didominasi oleh sistem kapitalisme dunia.b. Pendekatan kultural global (the global cultural approach) Pendekatan ini memfokuskan pada masalah- masalah yang berhubungan erat dengan homogenisasi budaya. Oleh karena itu, Pendekatan ini lebih bersifat komplementer dibandingkan sebagai pendekatan yang saling bertentangan dengan pendekatan masyarakat global. Perhatian pendekatan ini adalah munculnya kesadaran global dan implikasi bagi komunitas global , pemerintahan dan keamanan.c. Pendekatan masyarakat global (the global society approach) Konsep dunia atau masyarakat global telah menjadi gagasan yang dapat dipercaya hanya pada zaman modern, khususnya iptek, industri dan nilai-nilai universal yang semakin menciptakan sebuah dunia abad ke-20 yang berbeda dengan masa lalunya. Giddens (1991) mengeluarkan gagasan mengenai ”space time distanctiation” dan ”time space compression”. Harvey (1989), mengilustrasikan bagaimana proses globalisasi memanfaatkan (compres), meluaskan (stretch) dan memperdalam ruang waktu (deepen space time) untuk semua orang di dunia dan selanjutnya menciptakan kondisi bagi masyarakat global. Yang terakhir adalah d. Pendekatan kapitalisme global (the global capitalism approach) Pendekatan ini meletakkan kekuatan-kekuatan dominan global dalam struktur kapitalisme yang lebih mengglobal. Ross dan Trachte, memfokuskan secara spesifik kapitalisme sebagai suatu sistem sosial yang dapat dianalisis dalam tiga tingkatan, yaitu : 1).Tingkat logika internal sistem (the level of the internal logic of the system), yang diinspirasi dari pikiran-pikiran Karl Marx dan Adam Smith. 2).Tingkat stuktural dari dari sejarah pembangunan (the structural level of historical development). 3).Tingkat spesipik dari pembentukan sosial atau masyarakat (the level of specific formation, or society). Mereka menjelaskan bahwa deindustrialisasi di daerah-daerah jantung kapitalisme dan transformasi dari beberapa negara yang disebut sebagai negara dunia ketiga. Mereka juga berpendapat bahwa globalpsasi dari sistem kapitalisme secara mendalam berhubungan dengan krisis tahun 1970-an dan setelahnya.
4. Kapitalisme Global
Di dalam beberapa literatur mengenai globalisasi, pendekatan kapitalisme global, 'ketersambungan global' ini berbeda dengan 'ketersambungan inter-nasional,' karena di dalam yang pertama 'ketersambungan atau sistem relasi sosial' tidak lagi didasarkan atas sistem negara-bangsa, sementara di dalam yang kedua, ketersambungan sosial masih didasarkan pada sistem negara-bangsa. Pemahaman yang pertama juga ditandai dengan ditolaknya dualisme global nasional, karena sebagian besar negara dianggap sudah menjadi transnasional. Meskipun demikian tidak semuanya berpandangan bahwa realitas kontemporer sudah sedemikian 'universal'. Wood misalnya menyatakan bahwa kapitalisme global masih memiliki 'konstituen nasionalnya. Yang jadi pertanyaan kita saat ini bagaimanakah sesungguhnya cara kerja dari kepitalisme yang relatif sempurna ini, maka setidaknya terdapat beberapa Sklair menyebutkan salah satu ciri dari 'kelas kapitalis transnasional' adalah kepentingan ekonomi yang lebih berorientasi global daripada lokal atau domestik. Menurut penulis, kelas kapitalis yang berdomisili di wilayah yang menjadi 'identitas kebangsaannya secara formal', tetapi kepentingan dan praktek-praktek ekonominya sudah bersifat global, maka ia pun sudah termasuk ke dalam 'kelas kapitalis transnasional' dan tidak lagi 'kelas kapitalis nasional atau lokal'
Di sini kebijakan 'transnasional', merujuk kepada karakteristik 'transnasional' menurut Sklair, adalah kebijakan yang berorientasi global dan bukan lokal atau domestik. Kebijakan-kebijakan seperti mempromosikan pergerakan bebas dari modal, menciptakan dan memelihara pasar global, dsb., adalah sebuah kebijakan yang berorientasi global. Bahkan mengurung tenaga kerja di dalam batas-batas negara, agar bisa didisiplinkan oleh negara, menurut Robinson adalah kebijakan 'transnasional,' karena kebijakan itu berperan sebagai mekanisme pembagian persediaan tenaga kerja untuk berbagai wilayah negara di dunia, yang berarti juga melayani kepentingan dari kelas kapitalis global fenomena kontemporer yang bisa kita lihat, pertama dengan maraknya badan usaha otonom yang bebas melakukan usaha dan lebih berpedoman kepada pasar dan berpihak kepada akumulasi modal, perusahaan trans-nasional saat ini taksegan lagi menjadikan kekuatan ekonominya untuk melakukan interfensi terhadap suatu negara, maka dilema yang akan dihadapi oleh negara adalah investasi yang dicabut atau kepentingan nasional yang terabaikan. Namun yang biasa dikorbankan adalah kepentingan nasional yang hanya akan merugikan masyarakat dan menguntungkan penanam modal, hal inilah yang disebut Paul Krugman sebagai ketakutan pada ekonomi. Kedua, dengan maraknya lembaga-lembaga keuangan trans-nasional, dan dalam kerjanya lebih banyak melakukan tindakan yang represif terhadap negara lain, utamanya terhadap negara-negara berkembangl. Kegiatan yang sangat represif ini terlihat semenjak terjadinya krisis ekonomi di Indonesia, para kapitalis global, yang salah satunya diwakili oleh Dana Moneter Internasional (IMF) sebagai institusi transnasional, berkali-kali melakukan tekanan terhadap negara Indonesia agar melakukan perubahan-perubahan ekonomi dan politik. Perubahan yang didesakkan oleh IMF ini seringkali berbenturan dengan kepentingan dan kebutuhan warganegara Indonesia, sehingga negara sering berada dalam situasi yang kontradiktif. Lebih parahnya lagi, negara menghadapi krisis yang berkepanjangan sebagai akibat ketergantungan terhadap lembaga trans-nasional yang sesungguhnya sangat eksploitatif. Dan ketiga, adalah dengan adanya lembaga keuangan transnasional yang melakukan tekanan terhadap pemerintah untuk menyerahkan kepada badan usaha yang berorientasi pasar dalam mengendalikan ekonomi negara, hal mengindikasikan peran perusahaan dalam meminimalisir peranan negara dalam mengantur ekonominya, hal sejalan dengan ide Oscar LafontaineLaissez-faire, neoliberalim, Teacherianisme di Inggris dan Reagonimics di Amerika serikat, yang menyerahkan sepenuhnya kekuasaan ekonomi kepada pasar dan melihat persaingan modal akan terbentuk dalam persaingan strategi yang jitu untuk melakukan akumulasi modal dan mengenyampingkan pemerataan dan kemakmuran bersama. Disinilah letak kontra-humanis pola pengembangan modal proyek kapitalisme yang hanya melihat manusia sebagai komoditi dan dijauhkan dari hasil karyanya, atau dalam istilah Marx alienasi serta akumulasi.. Adam Smith dan David Richardo adalah tokoh doktrin ini yang menyatakan kesejahteraan masyarakat bisa diwujudkan dengan memberi kebebasan mereka untuk mencapai kepentingannya sendiri
5. Pengaruh Globalisasi Terhadap Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Dengan adanya perkembangan globalisasi, sudah barang tentu akan membawa pengaruh terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara, antara lain dalam hal-hal sebagai berikut : a. Pengaruh globalisasi ekonomi (globalisasi kapitalisme) Kekuatan pendukung dibalik globalisasi ekonomi, atau disebut juga dengan globalisasi kapitalisme yakni liberalisasi ekonomi atau dengan istilah lain kapitalisasi pasar bebas. Kapitalisme. adalah suatu sistem ekonomi atau suatu sistem yang mengatur proses produksi dan penditribusian barang dan jasa. Kapitalisme memiliki tiga ciri pokok yaitu sebagai berikut : 1). Sebagian besar property (sarana produksi dan distribusi) dimiliki oleh individu. 2). Barang dan jasa diperdagangkan di pasar bebas (free market) yang bersipat kompetitif (pasar terbuka untuk siapapun). 3). Modal capital, baik uang atau bentuk-bentuk kekayaan lainnya, diinvestasikan ke dalam berbagai usaha untuk menghasilkan laba (profit).
DAFTAR PUSTAKA
Sudibyo,agus. 2004, Ekonomi politik media penyiaran.yogyakarta : LkiS
Winarno,budi. 2009, pertarungan negara VS pasar. Yogyakarta : Media Pressindo
http://www.docstoc.com/kapitalisme-Global
2017 ford fusion energi titanium - iTanium Art
BalasHapus2017 is a fusion fusion engine. The engine works titanium nail by combining titanium earrings for sensitive ears two titanium iv chloride existing electrolytic titanium scrap price capacitors for sunscreen with zinc oxide and titanium dioxide a solid electrolytic core.